Header Ads

ad

Freemasonry, Dalang Dibalik Gerakan LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender)

Lingkarannews.com- Ada yang mengetahui?, bahwa gerakan LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender) adalah bagian dari gerakan Freemasonry dengan tujuan untuk tatanan dunia baru yang dapat dikendalikan oleh satu tujuan (anti doktrin agama).

Pernah mendengar sebuah nama RHLA (Rainbow Healthcare Leader Association) sebuah Organisasi kesehatan Nasional di Amerika Serikat berpusat di Chicago yang memiliki misi meningkatkan keterwakilan dan jaminan kesehatan bagi para Lesbian, Gay, Bisexual serta Tarnsgender (LGBT) yang bertugas pada pusat pusat kesehatan di Amerika.

RHLA inilah salah satu contoh organisasi LGBT resmi di Amerika, yang memperjuangkan pernikahan sejenis dan pengakuan atas status diri sebgai Lesbian atau Gay dan bagiannya sebagai petugas kesehatan di negara tersebut.

Yang menariknya, dalam daftar Direktur RHLA ada nama DR. Phillip N Quick seorang Penasehat Hukum dalam Bidang kesehatan yang berasal dari Illinois Masonic Medical Center atau pusat kesehatan Masonic.

Freemasonry dan Gerakan LGBT 

Sebuah gerakan yang ‘berlawanan’ dengan ajaran agama, seperti LGBT sudah pasti menjadi pekerjaan yang masuk dalam agenda Freemasonry untuk membuat tatanan dunia baru yang anti agama.

Hampir semua para aktivis Pendukung Gerakan Gay adalah bagian Freemasonry”(Henry Makow Phd). Pada tahun 1973, melalui Rockefeller Foundation penggiat gerakan ini memerintahkan American Psycological Association untuk mengubah definisi cinta sesama jenis dari gangguan menjadi gaya hidup normal. Jika kita mengetik kata “Rockefeller Foundation” dan APA di google, kita akan menemukan sekitar 70.000 tautan, menunjukkan bagaimana “The Bankir” (sebutan petinggi freemasonry) memberi para ilmuwan.

Freemasonry dapat dikatakan sebagai organisasi rahasia yang didominasi kaum Laki Laki, dan akibat lebih banyak didominasi kaum Laki Laki, Freemasonry tak bisa lepas dari pengaruh Homoseksualitas.

Bahkan Freemasonry memasukkan agenda memperjuangkan Gerakan LGBT dalam sebuah Program bernama Program Libarimdimana memperjuangakan hak hak kesetaraan, pernikahan sejenis, Lesbian dan Gay diakui secara hukum oleh negara (legalitas).

Perjuangan Freemasonry terhadap gerakan LGBT bukan tanpa maksud, Freemasonry memiliki agenda ‘perusakkan’ kepada kaidah dan ajaran ajaran agama yang berlaku secara umum.

Dengan semakin rusak tataran ajaran dan akidah pada anak muda ataupun para aktivis pembela LGBT, maka dapat dinilai sejauhmana pengaruh agama pada sebuah negara atau komunitas.

Freemasonry selalu memberikan tempat bagi para aktivis LGBT dan pendukungnya didalam memperjuangkan hak haknya, dengan bantuan baik dari tokoh pemerintahan ataupun dari para penggerak aktivis ‘kesetaraan’.

Keterlibatan Freemasonry pada gerakan LGBT juga dilatarbelakangi sebuah ritual seks yang dijalankan oleh para petinggi Mason, dengan kegiatan bersifat Homoseksual antara para masonry (yang sebagian besar kaum laki laki).

Dengan memanfaatkan gerakan dan status sebagai Freemasonry, maka perjuangan untuk mendapatkan hak pengakuan atas status LGBT oleh negara pun dijalankan, semua negara di dunia pada saat ini berusaha melegalkan pernikahan sejenis.

Program pelegalan pernikahan sejenis ini sudah mendapatkan persetujuan di hampir seluruh negara negara yang pemimpinnya diketahui sebagai bagian gerakan freemasonry, seperti Belanda, Inggris hingga Amerika.

Tujuan pengakuan status LGBT inilah yang menjadi doktrin, agama di dunia tidak mampu menampung aspirasi mengatasnamakan ‘kemanusiaan’ mereka; sehingga para aktivis LGBT dan para pelaksananya semakin menjauhkan Agama dalam kehidupannya. Agama dianggap doktrin yang mengekang, dan dikatakan sebagai bukan solusi bagi para pelaku LGBT (jualan Freemasonry).

Pertentangan dan pemikiran yang berbeda akhirnya menciptakan sebuah budaya baru yang didukung oleh kaum freemasonry dalam menata tatanan dunia baru tanpa agama dan aturan negara yang mengekang.

Dengan menggunakan pelaku serta aktivis LGBT, para Freemasonry dapat mengendalikan pemikiran mereka untuk terus berjuang melawan agama dan negaranya dengan mengatasnamakan status diri mereka sebagai lesbian, gay, bisexual dan Transgender.

Freemasonry selalu memasarkan apa yang dikatakan mereka sebagai jualan tatanan dunia baru yang tidak terikat norma agama dan negara; melalui pelaku dunia hiburan yang sebagian besar sudah menganggap agama sebagai sebuah hal mustahil dan harus dibuang.

Idola idola baru yang mendukung LGBT, Dengan dukungan media (milik freemasonry) seolah menjadi sebuah kesatuan untuk ‘mencuci otak’ kaum muda atau generasi muda melalui saluran media seni yang mengumbarkan kebebasan berekspresi dan kebebasan bergaya hidup seperti yang selalu hadir dalam MTV ( Video klip ” I Kissed The Girl ” yang dibawakan Katy Perry, salah satu contohnya ). Pencucian otak ini yang menggiring pemikiran : bahwa agama dan negara adalah hal yang mustahil ada.

“Agama tidak mendukung LGBT, maka kalian harus membuangnya” Lady Gaga, pernyataan pernyataan seperti ini lah yang kini menghiasi pemikiran anak muda saat ini. Dengan menjauhkan nilai dan ajaran agama, maka doktrin kaum Freemasonry dapat dengan mudah masuk kepada generasi muda saat ini; aroma kebebasan.

Freemasonry yang  berorientasi homoseksual, seolah mendapatkan tempatnya dengan nama gerakan LGBT.

 (ADITYWARMAN-ADW)

Tidak ada komentar