Napak Tilas Pertempuran di Patirana
Bondowoso memang identik dengan Gerbong Maut karena sejarah kepahlawannya. Namun tahukah kita ternyata ada banyak pahlawan Bondowoso yang gugur dalam pertempuran dengan penjajah Belanda. Salah satunya ditandai dengan prarasti di desa Patirana Grujugan Bondowoso.
Dalam prasasti tertulis telah terjadi pertempuran dengan Belanda pada tanggal 5 Februari 1949 di desa Patirana yang ditandai dengan gugurnya 38 pahlawan. Untuk mengenang dan menghayati perjuangan para pahlawan Bondowoso tersebut sekelompok remaja mengadakan 'Napak Tilas.'
Berkumpul di desa Grujugan dekat pasar lama, sebanyak 38 remaja bersiap mengukuti napak tilas. Setelah mendapatkan istruksi dar pembina dan berdoa merekapun mulai naik. Diawal perjalan mulus karena medan landai. Ketika mulai menapaki bukit tahulah mereka ini bukan perjalan yang mudah.
Keringat mulai membanjiri tubuh. Wajah ceria yang semua ada berganti merah menahan lelah dan panas. Nafas mulai memburu, tiap tanjakan adalah perjuangan. Jika melihat tikungan dikira sudah sampai padahal jalan panjang masih membentang. Tiap ada jalan turun adalah hembusan panjang nafas yang tinggal satu-satu.
Bila mendapati medan agak lapang merekapun istirahat. Sekedar minun membasahi tenggorakan dan mengatur nafas yg naik turun tak karuan. Setelah sekian lama berjalan menjelang tengah hari merekapun sampai.
Inilah puncak tertinggi gunung Patirana. Sebagian menyebutnya gunung Pereng. Rasa syukurpun tak henti mereka panjatkan. Kegembiraan karena berhasil mengalahkan tantangan, rintangan dan keterbatasan. Dengan kekuatan doa, semangat dan perjuanga tak henti akhirnya semua bisa diatasi.
Post a Comment