Header Ads

ad

Mobil Khidmat PKS yang Antarkan Jemaat Gereja

Pada suatu siang, Ketua DPD PKS Kabupaten Pelalawan Riau Sukeni bersama seorang teman bernama Dwi menjenguk Irfan, salah satu simpatisan PKS, yang sedang dirawat di RS. Efarina Pangkalan Kerinci, Riau.
 
Pak Irfan, demikian kerap disapa, dirawat satu kamar dengan tiga pasien lainnya. Salah satu pasien bernama Pakpahan, karyawan panen salah satu perusahaan perkebunan sawit, sudah 10 hari dirawat setelah operasi karena lambung dan ususnya bocor.
 
Sukeni melihat Bu Tambunan, istri Pakpahan, sedang mengemasi barang-barangnya. Iseng Sukeni bertanya, “Apakah Bapak (Pakpahan) sudahBOLEHpulang? Pulangnya naik apa?”.
 
“Ya, nanti mau naik mobil tambang (angkot) karena tidak ada fasilitas dari perusahaan. Uang untuk bayar ambulans juga tidak ada," jawab Bu Tambunan dengan logat Batak yang kental.
 
Mendengar jawaban itu, ada sesuatu yang menggerakkan hati Sukeni. Sekilas Sukeni memperhatikan ada kalung salib di leher Bu Tambunan. Kebetulan Sukeni dan teman-temannya datang dengan Mobil Khidmat PKS.
 
Dengan hati-hati, Sukeni menawarkan kepada Bu Tambunan untuk bisa antar pulang, "Tapi dengan mobil PKS," kata Sukeni. Ia pun menerangkan apa itu Partai Keadilan Sejahtera. Bu Tambunan pun bersedia.
 
Dalam perjalanan, Bu Tambunan banyak bercerita soal kehidupannya dan tak henti-hentinya memuji Tuhan karena telah mengutus PKS menolongnya.
 
Di tengah obrolan hangat, perempuan itu berkata, ”Oh ya, Pak. Saya akan persaksikan kebaikan bapak-bapak ini di depan jemaat gereja kami."
 
Masih di perjalanan, HP-nya berdering. Ternyata pendetanya yang menelpon. Setelah berbincang sejenak, ia menyodorkan HP kepada Sukeni. Di seberang sana, pendeta mengucapkan terima kasih kepada kader PKS karena sudah membantu jemaatnya. Lebih lagi, setelah tahu bahwa kader PKS secara khusus mengantarkan dan bukan karena alasan sambil lewat.
 
Sesampai di rumahnya, Sukena dan teman-temannya membantu menurunkan barang-barang bawaan Bu Tambunan. Beberapa tetangga pun datang membantu.
 
Sementara itu, Bu Tambunan merogoh kantongnya hendak memberi kader PKS uang. Terang kader PKS menolak dengan halus. "Ini sudah menjadi kewajiban kami," kata Sukeni.
 
Bu Tambunan tampak bingung. Tak lama kemudian, matanya berembun.
 
Sukeni dan teman-temannya berpamitan pulang. Ketika mobil beranjak jalan pelan, mereka dikejar Bu Tambunan. Ia menyodorkan roti, seraya meminta agar hadiah sederhana itu harus diterima.

Tidak ada komentar