Soft Skill Kunci Ciptakan Sekolah Ramah
Bandung (15/11) - Gubernur Jawa Barat Ahmad
Heryawan (Aher) meminta sekolah dan kalangan pendidikan tidak hanya
menitikberatkan kiprah di bidang pengajaran semata (hard skill). Namun dengan segala energi positifnya, justru harus dapat menumbuh kembangkan aspek soft skill bagi siswa didik.
Menurut Aher, semua dinamika pemasalahan pendidikan yang mengemuka
saat ini yakni lemah dalam karakter dan perilaku hanya bisa diatasi oleh
soft skill, bukan semata oleh pengajaran yang bersifat teknis di kelas.
Demikian dinyatakan Aher saat menjadi narasumber pada seminar
pendidikan di SMP Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI) Kampus Cibiru, Kabupaten Bandung, Senin (14/11/2016).
"Tidak hanya hard skill (pengajaran -red), sekolah saat ini wajib tumbuhkan soft skill
untuk wujudkan sekolah ramah bagi siswa dan guru. Ini tiada lain
kecuali kedepankan aspek yang terkait kedewasaan emosional dan
perilaku," kata Aher.
Soft skill, sambung dia, akan menciptakan empati sesama,
saling memahami, sopan santun, terbuka dan mudah beradaptasi. Di luar
pengajaran, nilai-nilai inilah yang harus dikembangkan kepada siswa.
Seminar pendidikan ini rutin dilaksanakan UPI Kampus Cibiru dan
kali ini diikuti ratusan peserta terdiri dari orang tua murid, civitas
sekolah dan para siswa. Sekolah Laboratorium Percontohan UPI sejak
pendiriannya mengusung kredo Sekolah Adiwiyata yang berbasis simple
research dan berkarakter.
Berlokasi di Desa Cinunuk, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung,
sekolah ini sangat asri dan jauh dari kebisingan juga hiruk pikuk.
"Semoga dengan kawasan yang sangat mendukung ini juga, maka kiprah UPI sebagai leading sector
pencetak tenaga pendidik berkualitas dapat tercipta sekaligus mampu
menjadikan sekolah ini sebagai alternatif sekolah unggulan di kawasan
Bandung Timur", katanya.
Penekanan soft skill ini sudah berulang ditegaskan
sebelumnya oleh Gubernur Aher, seperti dalam Een Sukaesih Award 2016
Anugerah Guru Inspiratif Jawa Barat, di Gedung Sate, awal Mei lalu.
Menurut Aher, secara umum, pendidikan Indonesia masih mengandalkan
hard skill sehingga murid dihargai kecerdasannya dalam pemikiran saja
sehingga tidak menyeluruh.
"Ada seorang anak tidak suka matematika, namun disisi lain dia
cerdas secara pergaulan. Kecerdasan haruslah berbicara pemahaman dalam
urusan kehidupan. Merekalah yang seimbang soft skill dan hard skill nya," imbuhnya.
Apabila terus menekankan hard skill, malah tidak bisa
bergaul dengan sesama manusia yang lain. Pada akhirnya, pendidikan bisa
menghasilkan manusia arogan, merasa pintar, dan tidak pernah menghargai
manusia lain.
"Hard skill hebat tapi soft skill tidak. Padahal
manusia harus punya kemampuan hidup harmonis dengan manusia lain.
Egaliter, tawadhu, empati, dan kemampuan bahagia saat membahagiakan
orang lain," katanya.
Post a Comment