Penerang di Rumah Sunyi
Tasikmalaya (14/11) - Lampu bohlam itu
berpendar remang, menerangi ruangan rumah panggung yang ukurannya tak
lebih dari 3x4 meter. Lampu yang arus listriknya mengalir dari kebaikan
rumah tetangga. Di rumah berdinding bilik bambu dan atap tak jauh
berbeda itu, Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman itu menemui tiga orang
anak kecil pada Sabtu (12/11/2016).
Adalah Titin (13) Ika (11) dan Ujang
(7). Mereka hidup tiga batang kara di Kampung Singabarong, Desa
Sukasetia RT 12 RW 3 Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya. Ayah
mereka sudah meninggal dunia, sementara ibunya sudah menikah lagi dan
sekali waktu mengunjungi anaknya. Tepatnya, ayah mereka meninggal ketika
si sulung Titin kelas 3 sekolah dasar (kini, Titin kelas 8, Ika kelas 6
dan Ujang kelas 2).
"Waktu Titin kelas tilu?" Kang Iman, demikian Sohibul Iman akrab disapa, setengah kaget.
"Titin kelas tilu?" tanya lagi Kang Iman dengan suara parau. Ada nada getir di sana.
Mereka yang hidup dalam pantauan guru
mengajinya itu duduk melingkar bersama Kang Iman. Berkali-kali Kang Iman
mengelus tulus pundak dan kepala Ujang, layaknya yang diteladankan
Rasulullah ketika menghadapi anak yatim. Anak laki-laki yang mengenakan
baju koko bercorak batik warna hijau muda itu lebih sering merunduk.
Tatapan matanya kosong. Sementara Titin mengenakan jilbab warna hitam
dan Ika mengenakan jilbab warna coklat itu sekali waktu menyeka air mata
dengan jilbab.
"Ujang ini anaknya pemalu, tidak seperti kakak-kakaknya," ujar Kang Iman.
Kunjungan ke rumah sunyi tersebut
dilakukan Kang Iman sebagai bagian dari reses dirinya sebagai anggota
DPR RI FPKS dari Dapil Jabar XI yang meliputi Kabupaten Garut, Kota
Tasikmalaya dan Kabupaten Tasikmalaya.
Setelah berbincang dengan ketiga anak
itu, Kang Iman memberikan bantuan alat perlengkapan sekolah seperti tas
dan alat tulis. Selain itu, pria yang mengenakan rompi berlambangkan
bulan sabit kembar itu juga memberikan modal untuk membeli sepasang
kambing untuk dipelihara agar dapat menjadi simpanan produktif mereka ke
depan.
Lampu bohlam itu masih menyala terang,
seolah menatap nanar Kang Iman yang sedang melepas kaca mata. Ada
tetesan air yang tumpah di sudut mata itu. (msm)
Post a Comment