Kemlu Didesak Panggil Dubes Myanmar Jelaskan Insiden Kekerasan Muslim Rohingya
Jakarta (21/11) – Anggota Komisi I DPR
RI, Sukamta mendesak Kementerian Luar Negeri untuk segera panggil Duta
Besar Myanmar untuk menjelaskan informasi terkait insiden kekerasan
terhadap Muslim Rohingya yang bermukim di Myanmar.
Hal itu ditegaskan Sukamta karena
menurut informasi yang beredar pembantaian yang terjadi di Negara Bagian
Rakhine itu, semakin memburuk. Menyusul, puluhan ribu orang
diperkirakan mengungsi seiring operasi keamanan yang dilakukan junta
militer Myanmar.
“Berdasarkan info dari Kementerian Luar
Negeri RI, situasi di sana memang memburuk. Akan tetapi, kondisi faktual
di lapangan masih belum bisa diverifikasi. Kita tahu, undang-undang di
sana masih memberikan otoritas yang sangat kuat terhadap militer untuk
mengendalikan keamanan, diplomat dan juga relawan internasional. Selain
itu pihak junta juga senantiasa menutup akses media. Ini tentu
menjadikan kita sulit untuk mendapatkan fakta-fakta yang terjadi di
lapangan,” papar Sukamta di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin
(21/11).
Sukamta menambahkan, dirinya secara
langsung berkomunikasi dengan Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno
Marsudi tentang informasi ini. Sukamta mengapresiasi positif pihak
Kemenlu yang secara aktif terus memantau perkembangan situasi di Muslim
Rohingya di negara bagian Rakhine.
Sukamta juga akan meminta Menlu Retno Marsudi agar secepatnya memanggil duta besar Myanmar untuk klarifikasi.
“Saya kira Dubes Myanmar dan juga
Pemerintah Myanmar harus memahami bahwa situasi Muslim Rohingya menjadi
perhatian serius Negara Indonesia yang berpenduduk mayoritas muslim. Dan
mungkin juga perlu memanggil duta besar Bangladesh di Jakarta untuk
mendorong pemerintah Bangladesh agar mau menerima dan menampung Muslim
Rohingya yang terdampar di perbatasan Banglades,” papar Sekretaris
Fraksi PKS DPR RI ini.
Sukamta menambahkan terkait langkah
diplomasi, bahwa Komisi I DPR RI berharap agar pemerintah Indonesia dan
ASEAN terus bekerja keras menekan rezim pemerintah Myanmar. Tujuannya,
agar stabilitas dan perdamaian dapat segera terwujud di Rakhine.
Terlebih, ASEAN harus bersikap lebih tegas, pendekatan persuasif dan
kompromis terbukti gagal menghentikan pembantaian terhadap Muslim
Rohingya.
Toleransi dan jalan kompromi ASEAN,
nilai Sukamta, ternyata tidak membuat rezim jera dan mau kompromi untuk
melindungi etnis minoritas.
“ASEAN menganut prinsip tidak mengintervensi (not interfere) terhadap
urusan dalam negeri setiap anggotanya. Saya kira momen genosida ini
bisa menjadi momentum ASEAN untuk mengevaluasi prinsip ini. Kalau perlu
ASEAN membuat kebijakan lebih tegas terhadap Myanmar jika rezim di
Myanmar tetap berlaku zalim kepada kaum minoritas Rohingya,” ujar Wakil
Ketua Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Polhukam) DPP PKS ini.
Menurut Sukamta, beberapa tekanan
terhadap Negara Myanmar, bisa dilakukan oleh ASEAN dengan melakukan
pengucilan terhadap Pemerintah Myanmar melalui embargo ekonomi. Dahulu,
jelas Sukamta, embargo ekonomi terbukti bisa menekan Myanmar untuk lebih
demokratis. Melalui embargo ekonomi ini, Sukamta menilai hal itu dapat
dilakukan untuk menyelamatkan Muslim Rohingnya.
Di sisi lain, Sukamta juga berharap tekanan internasional yang lebih besar dalam hal ini PBB perlu diwujudkan dengan target. Pertama, tentara Myanmar untuk menghentikan tindak kekerasan terhadap Muslim Rohingya. Kedua, pemerintah Myanmar harus membuka akses tim investigasi dari PBB dan juga relawan kemanuasiaan internasional yang akan masuk.
“Secara pribadi, saya kehabisan
kata-kata. Tindakan militer Myanmar seperti bangsa Barbar yang mendiami
Eropa pada zaman kegelapan. Tingkah laku mereka sama sekali tidak
menghargai nyawa manusia. Ini sudah abad XXI, tetapi masih ada negara
yang berperilaku seperti itu. Kelompok HAM telah mendokumentasikan
kejahatan militer Myanmar sejak lama. Terutama kejahatan terhadap etnis
minoritas di Rakhine dan Kachin. Analisis beberapa lembaga kemanusian
internasional menyebutkan militer Myanmar saat ini sedang melakukan
genosida terhadap suku Rohingya. Mereka melakukan segala cara untuk
memusnahkan suku Rohingya dari muka bumi. Saya kira banyak fakta yang
sudah terungkap dan kejahatan kemanusiaan ini harus segera dihentikan”,
tegas wakil rakyat dari Dapil Daerah Istimewa Yogyakarta ini.
Post a Comment