Header Ads

ad

Agar Tak Jadi Pelopor Ruang Hampa, Perlu Empat Hal untuk Jadi Pemimpin Nasional

Depok (29/8) - Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mohamad Sohibul Iman menilai kepeloporan kader PKS bukanlah kepeloporan di ruang hampa, bukan di negeri lain tapi di bumi pertiwi. Oleh sebab itu, perlu empat hal pada diri kader agar menjadi pemimpin nasional yang baik.

"Kita perlu adanya moralitas pada calon pemimpin. Yang kedua, intelektualitas, yang ketiga personalitas atau kepribadian, keempat sisi humanis dan terakhir ketegasan. Pemimpin harus unggul dan berbeda dibanding mereka yang dipimpinnya," kata Sohibul ketika menjadi keynote speaker di seminar nasional kerja sama antara Fraksi PKS MPR RI dengan Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga (BPKK) DPP PKS di Hotel Wiyata Depok, Senin (29/8).

Pemimpin yang mengalami transendensi terangkat derajatnya di atas umumnya manusia. Seorang pendakwah harus bisa melihat ketinggian ibarat sebuah benteng. 

"Jangan sampai kita disibukkan dengan perkara yang jauh-jauh dari keimanan, sebagai orang yang beriman harus mengarah ke akhlak yang mulia. Untuk itu moralitas sangat penting, kita harus punya moralitas lebih baik. Naiknya derajat kita bukan diberi begitu saja oleh Allah tapi harus ada proses pendakian," ucap Sohibul.

Di tangan pemimpin yang punya moralitas baik, lanjut Sohibul, aset negara akan aman di tangan dirinya dan akan dijaga baik.

"Aset negara tidak mungkin dikorupsi oleh pemimpin bermoralitas baik, dia akan menjaganya dengan baik. Aset negara pasti akan aman dan tidak dijual murah begitu saja," ujarnya.

Sohibul menekanakan bahwa moralitas saja tidak cukup agar bisa bergerak dan mencapai tujuan kepemimpinan. 
"Bagaimana cara mencapainya? Maka dibutuhkan adanya intelektualitas. Moralitas saja tidak cukup jika intelektualitas tidak jalan. Lembaga, organisasi atau negara yang dipimpinnya tidak akan maju. Menjadi pemimpin nasional harus punya kepribadian yang unggul," ucap Sohibul.

Sosok pemimpin, kata dia, juga harus menjadi orang yang sangat humanis, tidak cukup dengan moralitas dan intelektualitas saja.

"Ketika sudah menjadi pemimpin jangan menciptakan jarak, jangan sampai hilang sisi humanisnya. Pemimpin harus menyatu dengan yang dipimpinnya dengan rakyatnya. Akan tetapi humanis saja tidak cukup, perlu adanya ketegasan," ujarnya.

Sebab, kata mantan Rektor Univeritas Paramadina itu, humanis tanpa ketegasan seorang pemimpin akan menjadi orang yang sangat permisif.

"Humanis saja tanpa ketegasan akan menjadi permisif. Ketegasan itu sangat penting dan dibutuhkan. Tapi ketegasan saja tanpa humanisme akan menjadi sosok yang 'killer'," ungkap Sohibul. 

Sohibul yang hadir bersama istri di agenda tersebut menekankan pula tentang urgensi kepribadian yang penting punya jiwa subordinatkan dirinya pada kehebatan organisasi bukan menonjolkan kehebatan dirinya. 

"Kehebatan organisasi harus lebih diutamakan ketimbang menonjolkan dirinya. Oleh sebab itu kita harus menjadi cohesion promotor. Bukan hanya mampu kohesi tapi juga menjadi promotor. Kita harus bisa menjadi pihak yang mempromokan bagi kerekatan-kerekatan nasional. Mampu bersosialiasi dengan kalangan manapun secara spontan," ungkap Sohibul. (msm)

Tidak ada komentar