Agar Tak Jadi Bumerang, Full Day School Harus Penuhi Lima Syarat Ini
Jakarta (9/8) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy telah menggagas pola sekolah sepanjang hari (full day school). Gagasan tersebut dinilai cukup berani dan terkesan sebagai 'terobosan' baru di jagat pendidikan nasional.
Ketua Bidang Kesejahteraan Rakyat
(Kesra) DPP PKS Fahmy Alaydroes mengatakan bahwa pola sekolah sepanjang
hari sudah diterapkan oleh sekolah-sekolah swasta. Oleh sebab perlu
syarat-syarat yang harus dipenuhi.
"Sebenarnya pola full day school
sudah lama diterapkan di sekolah-sekolah swasta. Sekolah Islam Terpadu
(SD, SMP dan SMA) sudah sejak tahun 1993 menerapkannya. Substansinya,
menyediakan dan memberikan lingkungan dan iklim belajar sepanjang hari,
agar pengalaman dan interaksi dengan hal-hal yang kondusif dan efektif.
Sepanjang pengalaman, Sekolah Islam Terpadu mendapat tanggapan yang
positif dari orang tua. Jumlah Sekolah Islam Terpadu berkembang pesat
dan menjadi tren di kalangan sekolah swasta Islam," kata Fahmy di
Jakarta, Selasa (9/8).
Hanya saja, kata dia, penerapan sekolah
full day menuntut persyaratan yang ketat dan bersifat imperatif. Bila
syarat-syarat berikut tidak atau kurang terpenuhi, niscaya akan menjadi
bumerang yang buruk bagi anak didik.
"Syarat-syarat yang paling utama adalah
pertama, kesiapan moral dan kemampuan guru mengawal dan menjalankan
amanah profesinya sepanjang hari. Diperlukan Guru yang berjiwa tulus
dalam mendidik dan memiliki kemampuan yang cakap dalam mengembangkan
pembelajaran," ucap dia.
Kedua, lanjut Fahmy, kurikulum dan
program pembelajaran yang efektif dan atraktif, agar siswa merasakan
asyiknya mengikuti setiap program. Menarik, menantang, dan sekaligus
memicu prestasi.
"Ketiga, harus memberikan perhatian yang
cukup kepada pembentukan karakter atau akhlak. Sekolah sepanjang hari
harus didesain sedemikian rupa sehingga menjadi semacam 'real life' bagi
siswa. Lingkungan belajar, sekaligus menjadi lingkungan komunitas yang
sarat dengan norma, hak dan kewajiban bagi setiap warganya," kata dia.
Yang keempat, Fahmy menekankan tentang
fasilitas yang memadai, yang memberikan ruang gerak yang cukup,
ketersedian sumber belajar, alat dan media yang memadai, keamanan dan
kenyamanan lingkungan.
Dan yang kelima tentang kerjasama yang baik, antara pihak sekolah, orangtua dan masyarakat. Kerjasama yang efektif akan memperkaya dan memperkuat proses pendidikan yang berjalan.
"Nah, masalahnya adalah di tataran
sekolah negeri, masih banyak persoalan yang muncul. Kurikulum yang masih
belum konsisten, kemampuan guru yang masih rendah, dan fasilitas
sekolah yang terbatas dan pola lingkungan yang rigid. Gagasan Pak
Menteri, yang konon disetujui oleh Pak Jokowi ataupun Pak Jusuf Kala,
seharusnya dilakukan secara rasional, bertahap dan melibatkan banyak
pihak. Jangan lagi terulang pameo "ganti menteri, ganti kebijakan". Kasihan guru dan siswa Indonesia," pungkasnya. (msm)
Post a Comment