Tangis Ustadz Salim Segaf di Rakorwil Jawa Tengah
pks-kotatangerang.org – Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Habib Salim Segaf Al-Jufrie menegaskan jatidiri kader PKS yang harus senantiasa berkhidmat untuk umat. Bahkan dalam posisi sebagai pemimpin pun adalah dalam rangka berkhidmat.
"Rasulullah berpesan pemimpin sejati adalah yang sanggup melayani rakyatnya," tandasnya saat memberikan sambutan di Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) PKS Jawa Tengah (Jateng) di Hotel Grasia Semarang, Minggu (31/1/2016).
Menurutnya seorang pemimpin harus mampu melihat dan merasakan kesulitan rakyat yang dipimpinnya. Dengan demikian hatinya akan terpanggil untuk senantiasa melayani dan menyelamatkan rakyat dari jurang keterpurukan.
Berikut beberapa kutipan dan video taujih Ustadz Salim Segaf :
"Tidak ada yang kebetulan atas pertemuan kita, semua adalah takdir Allah. Posisi apapun yang kita emban adalah mulia, yang berat adalah laporan pertanggungjawaban pada Allah. Bersyukur dan terima kasih pada qiyadah kita sebelumnya, atas segala jiddiyahnya. Semua posisi kita targetnya adalah meninggikan kalimat Allah.
Estafet perjuangan dalam dakwah adalah estafet untuk bekerja, bukan untuk mendapatkan posisi-posisi tertentu. Sayyidul qaum khadimuhu, Saat orang lain melakukan kebaikan, maka apalagi kita, harus lebih bisa melakukan. Kehebatan orang bukan pada banyaknya ibadah, tetapi pada hati yang bersih.
Ahli surga, hatinya tidak ada kebencian pada orang. Latihannya jangan menggunjing orang. Yang menjelek-jelekkan orang, ujungnya ingin mendapat pujian. Antum semua on mission, ditempatkan dimana siap, dipindah ke posisi lain siap, jangan kalah sama Polri dan TNI. Belum tahu apa perintahnya, sudah bilang siap.
Tidak ada yang bisa dibanggakan dari jabatan di dunia. Estafeta perjuangan bukan jabatan, SDM luar biasa, struktur terbatas. Semua harus bergerak lewat ormas, pendidikan, jangan sampai dianggap musuh berbahaya.
Di struktur yang paling penting adalah syuro dan melaksanakan hasil syuro. Ikhwah potensi luar biasa lebih melejit dari kecerdasan, retorika, sehingga bisa jadi kawan-kawan syuro dianggap mustawa lebih rendah, muncul kesombongan. Kemudian malah syuro dengan orang lain dan hasilnya diterapkan ke kita.
Pujian-pujian orang lain bisa melenakan. Kita adalah satu tubuh dalam partai dakwah, tidak yang lebih hebat. Semua posisi strategis, hebat. Loyalitas itu untuk dakwah bukan pada pribadi. Intimanya pada perjuangan itu sendiri. Saat ada benturan, intima pada dakwah.
Saat hasil syuro berbeda dengan pendapat orang yang kita hormati, hasil syuro yang kita pegang. Hatta hasil syuro dipimpin oleh orang yang mustawa lebih rendah. Barokah dari syuro itu yang kita harap. Supaya jangan ada ghurur merasa lebih hebat.
Hidup di dunia hanya antara adzan-iqomat dan sholat. Pendek sekali. Utamakan syuro. Agar tawadhu, nggak sombong.
Tentang pilkada serentak, kemenangan-kemenangan itu hanya angka saja, bukan hakiki. Yang kita inginkan adalah intanshurullah yanshurkum. Menangkan Allah dalam seluruh kehidupan kita, dalam pergaulan, sholat, tahajud kita. Nabi Musa pimpin sholat istisqo, tidak turun hujan. Setelah diperiksa ada jamaah yang maksiat secara terang-terangan. Perbanyak istighfar..
Jangan nafikan kerja-kerja khidmat, jangan menunggu balas budi, kerjakan terus karena khidmah adalah kerja para rasul.
Semoga keberkahan untuk kita semua, jamaah kita, kader kita, masyarakat kita dan bahkan untuk orang yang membenci kita (Ust Habib Salim menangis)
Post a Comment