Fogging Kurang Efektif, Optimalkan Penyelidikan Epidemologi
Semarang (26/2) – Anggota komisi E Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Propinsi Jawa Tengah Karsono menilai, fogging di beberapa daerah di Jawa Tengah tak sepenuhnya efektif mencegah penyebaran penyakit menular Demam Berdarah Dengue (DBD).
“Salah satunya dari sisi biaya, fogging tidak efektif, selain syaratnya rumit dan biayanya besar namun efektifitas preventif DBD tidak maksimal. Apalagi asap yang keluar mengandung racun insektisida yang berbahaya bagi kesehatan manusia," kata Karsono' Jumat (26/2/2016).
Politisi PKS ini menambahkan fogging hanya membunuh atau mengusir nyamuknya saja. Padahal, kata Karsono, yang lebih efektif adalah membunuh jentik-jentiknya.
Lebih lanjut, Karsono menyebut saat ini banyak fogging yang dilakukan pihak swasta yang belum sepenuhnya sesuai standar fogging yang benar.
“Untuk hal ini, masyarakat harus hati-hati. Hal tersebut dikarenakan fogging memerlukan izin kesehatan dan harus melalui pusat kontrol," papar dia.
Ia menyebut solusi dari kurang efektifnyafogging adalah anggaran promosi kesehatan dinas kesehatan dialokasikan untuk tenaga Penyelidikan Epidemologi (PE) di wilayah endemik DBD
Menurut Karsono, PE adalah cara lain dalam menanggulangi persebaran DBD. PE dilakukan oleh tenaga kesehatan wilayah kerja Puskesmas.
“PE dilakukan dengan radius 100 meter atau 20 rumah sekeliling rumah indeks kasus DBD. Sementara untuk upaya kuratif, alokasi anggaran bisa dimaksimalkan membebaskan biaya rumah sakit bagian pasien yang suspectDBD,” pungkas Karsono.
Sebelumnya, beberapa wilayah di Jawa Tengah menjadi daerah rawan DBD. Salah satunya di Kota Semarang. Dinas Kesehatan Kota Semarang pada tahun 2015 mencatat terdapat 1.729 kasus demam berdarah yang tersebar di berbagai kecamatan di Semarang.
Keterangan Foto: Anggota Komisi E DPRD Propinsi Jawa Tengah Karsono
Post a Comment