Header Ads

ad

Berkat Matematika, Krisma Shandy Komaruzzaman Melanglang Dunia

InfoBondowoso.net - Prestasi di bidang matematika membuat remaja asal Bondowoso ini bisa berkunjung ke berbagai negara di dunia. Tak hanya itu, beragam tawaran dari berbagai perusahaan pun mengalir kepadanya.

Kemampuan Shandy di bidang matematika selama ini sudah banyak diketahui oleh masyarakat Bondowoso. Hal itu karena sejak masih berada di jenjang pendidikan sekolah dasar, remaja yang kini berusia 20 tahun ini sudah sering mewakili Bondowoso di ajang-ajang regional maupun nasional.

Kemampuannya itu mulai terdeteksi sejak masih di TK. Saat itu, dia sudah memiliki keunggulan dalam hal berhitung dibanding dengan teman-teman sebayanya. Selanjutnya, ketika SD, dia mulai sering ikut perlombaan, mulai di Jember hingga ke Surabaya.

Namun siapa sangka, di balik kecerdasannya itu, Shandy juga pernah mendapat nilai raport buruk di SD. Waktu ini, ketika masih duduk di kelas IV, dia pernah mendapat nilai empat. Melihat temannya mampu meraih rangkingyang lebih pertama, dia pun bertekad untuk semakin menguasai matematika.

Saat menimba ilmu di SMPN 1 Bondowoso, kemampuan remaja kelahiran 7 Mei 1994 ini semakin terasah. Bahkan saat itu, dia sudah dipercaya mewakili Indonesia dalam olimpiade internasional di Italia. "Waktu itu tahun 2008. Saya berhasil meraih medali perak," ujar putra kedua dari pasangan Sukartoyo dan Nurfadilah ini.

Setahun berselang, dia kembali dikirim untuk mengikuti olimpiade matematika di Durban, Afrika Selatan. Dia pun mengukir prestasi menggembirakan dengan kembali menyabet medali perak untuk perorangan dan medali perunggu untuk kategori kelompok.

Berbagai prestasi tersebut membuat Shandy menarik perhatian dari berbagai institusi yang bergerak di bidang pendidikan. Tak heran ketika SMA, dia pun mendapatkan tawaran beasiswa di SMA Bilingual Boarding School di Sragen dari sebuah yayasan di Turki. Tawaran yang kemudian dia terima.

Usai kuliah, dia kembali memperoleh kesempatan untuk melangkah ke luar negeri. Hal itu setelah dia kembali mendapatkan beasiswa untuk kuliah gratis di Nanyang Technological University di Singapura. Tawaran tersebut kemudian dia terima. Hingga saat ini, dia masih menempuh pendidikan di universitas tersebut di jurusan matematika - ekonomi.

Shandy merasa bersukur dengan semua yang dia terima tersebut. Apalagi dia bisa bersekolah dan kuliah di universitas ternama tanpa harus membebankan biaya kepada kedua orang tuanya. Tidak hanya untuk biaya pendidikan, biaya hidupnya selama menempuh pendidikan di Singapura juga ditanggung. Sesekali, dia juga menyisihkan uang sakunya untuk membelikan laptop atau lpad sebagai oleh-oleh kepada adik perempuannya.

Kesempatan Shandy untuk melanglang buana kembali terbuka. Hal itu setelah beberapa waktu lalu, dia lolos seleksi di kampusnya untuk mengikuti pertukaran mahasiswa ke Middle Eastern Technical University di Ankara, Turki. "InsyaAllah saya akan berangkat ke Truki pada 1 February nanti," tambahnya. Sebelum mendarat di Istanbul, Turki, untuk sementara waktu dia akan transit terlebih dahulu di Frankfurt, Jerman.

Dia menjadi satu-satunya mahasiswa Indonesia di kampusnya yang akan mengikuti program pertukaran ke Turki tersebut. "Ada mahasiswa lain dari Indonesia yang ikut pertukaran juga tapi tidak ke Turki." tambahnya.

Prestasi di bidang matematika itu tak hanya membuat Shandy bisa mengunjungi di banyak negara serta mendapatkan beasiswa pendidikan gratis, tapi dia juga bisa mendapatkan masa depan yang cerah. Saat ini, dia sudah terikat kontrak kerja dengan perusahaan Singapura. Cita-citanya, dia bisa bekerja di perbankan.

Bahkan beberapa waktu lalu, Shandy juga sempat mendapatkan tawaran kerja dari salah satu bank di Turki. Namun untuk sementara waktu dia menolak karena masih ingin fokus dan mendalami pendidikan. "Kalau keinginan saya kerja di bank. Mungkin nanti saya memilih kerja di bank Singapura," tambahnya.

Berbagai raihan prestasi yang ditorehkan Shandy tentu membuat orang tuanya bangga. Meski terkadang dilanda kekhawatiran karena berjauhan dengan sang anak, namun kedua orang tuanya selalu mendukung pilihan-pilihan Shandy. "Ya namanya orang tua, kadang kepikiran. Apalagi sejak SD dia sudah sering di luar kota," ujar sang ayah, Sukartoyo.

Untuk mengikis rasa kerinduan, telepon atau SMS menjadi media yang sering digunakan. Terkadang orang tua Shandy juga memanfaatkan skype atau video call untuk bisa ngobrol dengan anaknya itu. Orang tuanya berharap, Shandy tetap bisa menjaga diri saat jauh dari rumah. "Harapannya agar tetap rendah hati, jangan sombong," pungkasnya.


- Radar Ijen, 09/01/15 -

Tidak ada komentar