Header Ads

ad

Aksi Bela Islam nan Damai, Wajah Muslim Indonesia Sesungguhnya

Jakarta (3/12) - Wakil Ketua Badan Kerjasama Antarparlemen (BKSAP) DPR RI Rofi Munawar mengapresiasi aksi penyampaian pendapat yang dilakukan oleh umat islam pada hari Jumat (2/12) di Monumen Nasional yang berjalan tertib dan lancar.

Rofi menilai aksi yang terkenal dengan Aksi Bela Islam Jilid III (aksi 212) ini berlangsung secara sempurna, mengulangi kesuksesan aksi sebelumnya yang telah dilakukan pada tanggal 4 November 2016.

"Aksi 212 secara nyata telah menarik perhatian dunia internasional, karena perlu diakui kegiatan tersebut berjalan kondusif dan relatif aman. Padahal aksi itu melibatkan jutaan  orang. Di banyak negara, aksi dengan massa sebesar itu dan tema yang sensitif terkait penistaan agama, seringkali menimbulkan korban jiwa dan kekerasan yang luar biasa,” papar Rofi di Jakarta, Sabtu (3/12).

Wakil rakyat PKS dari Jawa Timur ini menambahkan, aksi unjuk rasa Bela Islam memberikan alternatif dan terobosan bagi demontrasi yang mengedepankan nilai-nilai subtansial dan prosedural, karena mengedepankan dialog dan pesan yang kuat sehingga tidak ada gesekan dan konflik dengan aparat.

"Kerasnya tuntutan, ditempuh dengan jalan yang prosedural dan konstitusional. sangat layak dijadikan model demonstrasi yang sejuk dan atraktif,” nilai Rofi.

Rofi juga mengapresiasi pihak aparat keamanan yang telah secara persuasif mengawal aksi 212 sesuai dengan aturan UU yang berlaku. Dari yang terlihat dalam Aksi Bela Islam, nilai Rofi, aparat keamanan sangat responsif dan kompromistis.

Hal itu sebagai sebuah sikap yang bijak dan  arif, di tengah psikologi massa yang gundah. Oleh karena itu, Rofi berharap tuntutan dari aksi yang superdamai ini mampu secara cermat ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum dengan tepat.

"Kepada para peserta aksi, anda semua telah tunjukan kepada masyarakat internasional dan dunia islam pada khususnya bahwa kasus penistaan agama ini akan mendapatkan hasil yang adil tanpa harus melalui jalan kekerasan. Dengan tetap berkomitmen kepada nilai-nilai keyakinan yang kuat, namun tetap prosedural dan konstitusional menempuhnya," lugas Rofi.

Sebagaimana diketahui, kasus penistaan agama dibanyak negara telah banyak menimbulkan korban jiwa. Misalnya, pada 7 Januari 2015 setidaknya sepuluh orang tewas dalam dua hari protes kekerasan terhadap publikasi karikatur yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW yang disiarkan oleh majalah satir Prancis "Charlie Hebdo".

Bahkan, di tahun 2012, meninggalnya Duta Besar Amerika Serikat di Libya, Christopher Stevens, dan tiga warga sipilnya dalam aksi protes warga setempat atas pemutaran film buatan Amerika Serikat yang menghina Islam, di Kantor Konsulat Amerika Serikat, di Benghazi, Libya.

Tidak ada komentar