Header Ads

ad

Pitutur Luhur AM Fatwa tentang Keteladanan Raden Kasman Singodimedjo

Jakarta (17/6) – Banyak kisah keteladanan yang dihadirkan dari para pendahulu republik  untuk dijadikan pelajaran bagi para generasi saat ini. Salah satunya, datang dari pitutur luhur Anggota DPD RI AM Fatwa yang mengenang saat masih menjabat sebagai Sekretaris  Raden Kasman Singodimedjo di Biro Majelis Hikmah Muhammadiyah.

Di mata AM Fatwa, Raden Kasman Singodimedjo adalah orang yang berkomitmen penuh dalam menjaga amanah sebagai ketua di Biro Majelis Hikmah tersebut. Di usianya yang sudah tidak tergolong muda, Raden Kasman senantiasa menjaga agar Muhammadiyah terus memberikan sebesar-besarnya kebermanfaatan untuk umat melalui kesolidan sebagai sebuah persyarikatan.

“Saya kira yang saya ingat betul perkataan beliau, ‘AM Fatwa, saya ingin mati dalam memimpin sidang,” kenang AM Fatwa dalam seminar “Berguru pada Kepahlawanan Kasman Singodimedjo” yang diselenggarakan Fraksi PKS DPR RI di Aula Rumah Jabatan Anggota DPR RI, Kalibata, Jakarta, Kamis (16/6/2016).

Raden Kasman tidak main-main. Sidang-sidang yang ia pimpin selalu berakhir sekitar pukul jam 12 malam tiap pekan, demi menghadirkan kemaslahatan umat yang lebih baik. Dari berlelah-lelahnya sidang yang ia pimpin itulah, lahir apa yang disebut dengan Petisi 26 (Petisi Kasman) yang menjadi cikal bakal adanya pemilihan umum pada tahun 1970.

“Saya juga yang disuruh Pak Kasman keliling minta tanda tangan, termasuk Pak Syaikhu dari NU yang lalu menjadi Ketua DPR,” papar AM Fatwa.

Lalu, AM Fatwa juga bercerita, berdasarkan kesaksian dari Jenderal Nasution,  anak-anak muda Indonesia kala zaman revolusi sulit sekali untuk digerakkan melawan penjajah, kalau tidak ada tiga tokoh yang disegani: Bung Karno, Bung Hatta, dan Mr. Kasman. Di saat itulah, Kasman tampil sebagai tokoh militer yang turut pula melahirkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) saat ini.

“Kasman adalah tokoh militer terdepan dari konflik ini, karena, ketika itu Otto Iskandar Dinata hilang tanpa bekas, Kasman yang menjadi wakilnya menjadi Ketua BKR. Lalu, kasman juga yang mengetuai TKR, tapi saat ketika menjadi Ketua KNIP (DPR/MPR, red), Kasman membubarkan TKR lalu membentuk TNI. Jadi, Kasman itu adalah inisiator lahirnya TNI,” haru AM Fatwa sembari sedikit berlinang air mata.

Kini, Mr. Kasman Singodimedjo telah tiada. Sebagai orang yang membersamai di setiap aktivitasnya, AM Fatwa telah bercerita banyak tentang kegigihan dan keteladanan Beliau dalam menjaga cita-cita perjuangan untuk melawan penjajahan. Sebagai generasi saat ini, tidak ada salahnya jika sosok kepahlawanan itu dilanjutkan dengan penyematan gelar Pahlawan Nasional dari pemerintah.

AM Fatwa tidak sendiri mendorong gelar Pahlawan Nasional itu. Fraksi PKS DPR RI dan segenap komponen di negeri ini turut serta menjadikan Ketua Parlemen pertama itu mendapatkan haknya bergelar pahlawan. Bukan dalam rangka mengemis, tetapi menempatkan seseorang karena jasa dan kiprahnya yang tidak sedikit bagi republik, tentu bagian dari JAS MERAH: Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah.

(budiman)

Tidak ada komentar