Header Ads

ad

Film Ketika Mas Gagah Pergi Dapat Nilai 9

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP) mendapat tanggapan positif dari berbagai pihak. Salah satunya dari seorang penulis sekaligus Direktur Sekolah Islam Athirah, Edi Sutarto.

"Ini yang lama dinanti, film keluarga yang renyah dan bermutu. Dari rentang skor 1 sampai 10, saya beri 9 untuk film ini," ujar Edi, Ahad (31/1).

Hampir 20 tahun, Edi menunggu-nunggu kisah dalam novel karya Helvy Tiana Rosa itu difilmkan. Selain karena daya tarik kisahnya yang mengubah pandangan dan sikap Edi terhadap Islam, ia juga ingin melihat visualisasi para tokohnya; Gagah, Gita, dan Yudi.

Selama menyimak film berdurasi 95 menit itu, Edi mengaku terperangah. Ia menyebutkan banyak kelebihan film tersebut, seperti alur, sinematografi, akting para pemeran, dan musiknya yang mampu membawa penonton larut dalam tiap adegan. 

Padahal, menurut Edi, kisah yang diangkat dari karya sastra tak sedikit yang mengecewakan saat difilmkan. Namun, KMGP menjadi pengecualian. "Meski ada beberapa adegan yang tidak sama dengan di buku, ‘ruh’ bukunya sungguh terasa," ucapnya.

Edi beranggapan, hal itu disebabkan sosok Helvy Tiana Rosa sang penulis buku KMGP yang terjun langsung menjadi produser film. Misi KMGP dalam menyampaikan pesan "Islam itu indah, Islam itu cinta, Islam itu gagah" berhasil dilakukan.

Secara keseluruhan, Edi menilai film tersebut cocok untuk semua umur, terutama bagi para remaja. KMGP mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan dan kekeluargaan, sesuatu yang menurut ia jarang diangkat dalam film-film Indonesia.

"Film ini juga menjadi sangat kontekstual di tengah kecurigaan atau sikap Islamophobia dunia terhadap keberadaan para aktivis gerakan Islam," tuturnya.

Tidak ada komentar