Header Ads

ad

Serap Aspirasi Kader, Salman Alfarisi : Mari Belajar dari Sirah Nabawiyah

PKSMEDAN.com - Ketua Umum Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Medan Salman Alfarisi mengajak para pengurus dan kader PKS Kota Medan belajar dari Sirah Nabawiyah dalam menjalankan aktifitas Dakwah ditengah-tenga masyarakat.

Hal ini disampaikan beliau pada saat kunjungan Badan Pengurus Harian (BPH) Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Medan ke Cabang-Cabang Dakwah setiap Dapil Kota Medan, Minggu (17 & 24/01).

Rombongan BPH DPD PKS Kota Medan dipimpin langsung oleh Ketua Umum Salman Alfarisi didampingi Wakil Ketua Abdul Rahim Siregar, Sekretaris Umum Irwansyah, Bendahara Umum Dhiyaul Hayati, Kabid Kaderisasi Hamzah Sagimun serta seluruh Anggota Fraksi PKS DPRD Kota Medan.

Berikut beberapa pesan yang disampaikan Salman Alfarisi dalam kunjungan tersebut :

Rasulullah saw sudah memerintahkan sesuatu atau memberikan pengarahan umum, namun karena satu dan lain hal perintahnya dilanggar atau tidak dipatuhi. Bagaimana sikap dan cara rasulullah menangani hal tersebut? Kita bisa menemukan beberapa model, diantaranya :

Pertama, Memberi Maaf
 

Kita bisa melihatnya pada kasus perang uhud. Rasulullah memerintahkan kepada pasukan pemanah agar tetap berada diatas bukit, apapun yang terjadi. Namun saat melihat ghanimah yang ditinggalkan pasukan quraisy, mereka turun dari bukit (melanggar perintah rasul).

Tindakan apa yang dilakukan oleh rasulullah? Beliau memaafkan kesalahan serta memohonkan ampun untuk mereka. Dan rasulullah tetap melibatkan mereka dalam perang Hamra-ul Asad, sehari sesudah perang Uhud.

Hal yang sama juga terjadi pada Hathib bin Abi Balta’ah, dimana rasulullah saw memaafkan tindakannya yang membocorkan rahasia mobilisasi umat Islam untuk menaklukkan Makkah (Fathu Makkah).

Kedua, Mengumumkan Pengingkaran

 
Dalam satu pertempuran, Khalid bin Walid melanggar kaidah yang sudah digariskan oleh rasulullah. Yaitu agar tidak membunuh musuh yang sudah mengucapkan syahadat. Khalid bin Walid beralasan, musuhnya hanya berpura – pura mengucapkan kalimat syahadat, karena takut dibunuh.

Tindakan apa yang dilakukan oleh rasulullah? Beliau marah besar dan mengumumkan pengingkaran secara terbuka. “Aku berlepas diri dari apa yang dilakukan oleh Khalid” kata rasul dihadapan khalayak shahabat.

Meski begitu, rasulullah tidak hilang kepercayaan kepada Khalid. Buktinya, pada perang selanjutnya rasulullah kembali mengangkat Khalid sebagai penglima perang.

Hal yang sama juga terjadi pada Usamah bin Zaid, dimana ia membunuh musuh yang sudah terdesak dan sempat mengucapkan kalimat tauhid. Rasul mengingkari dengan keras. Tetapi jelang akhir hayatnya, rasulullah juga memberi kepercayaan kepada Usamah untuk memimpin pasukan perang.

Ketiga, Menanggung Kesalahan
 

‘Amr Al Dhamri lolos dari tragedi Bi’r Ma’unah. Dia lalu pulang ke Madinah untuk mengabarkan berita tersebut. Ditengah jalan dia membunuh 2 orang musyrik, karena menganggapnya bagian dari Bani ‘Amir. Usut punya usut, ternyata dua orang tersebut berasal dari Bani Kilab yang telah mendapatkan jaminan perlindungan dari rasulullah.

Tindakan apa yang dilakukan oleh rasulullah? Beliau menanggung kesalahan ‘Amr Al Dhamri dengan cara membayar diyatnya.

Keempat, Mengisolasi 
 

Kisahnya terjadi pada tiga orang shahabat yang ditangguhkan taubatnya. Mereka bersalah karena tidak mengikuti seruan perang Tabuk, padahal tidak memiliki udzur. Mereka adalah : Ka’ab bin Malik, Murarah bin Rabi’ dan Hilal bin Umaiyah. 

Tindakan apa yang dilakukan oleh rasulullah? Beliau memerintahkan kaum muslimin untuk tidak berbicara dengan mereka selama beberapa waktu. Bahkan istrinya juga diperintahkan untuk pergi menjauh.

Setelah turun ayat yang menegaskan diterimanya taubat mereka bertiga, rasulullah dan kaum muslimin menerima kembali dengan tangan terbuka dan hati lapang.

Kelima, Merotasi Jabatan
 

Pada peristiwa Fathu Makkah, rasulullah datang dengan membawa misi damai, kecuali kepada beberapa orang yang masuk daftar hitam. Perintahnya secara umum adalah tidak berperang kecuali kondisinya diperangi. Tapi Sa’ad bin Ubadah, sebagai salah satu pemegang bendera memaklumkan secara terbuka sebagai yaumal malhamah. 

Tindakan apa yang dilakukan oleh rasulullah? Beliau memerintahkan Ali Bin Abu Thalib untuk mengambil benderanya, lalu diserahkan kepada Qais. Qais sendiri adalah anak dari Sa’ad bin Ubadah.

Inisiatif Menghukum Diri Sendiri
 

Pada kasus Abu Lubabah Ibn Mundzir, kita mendapati fenomena yang unik. Beliau diutus nabi untuk berunding dengan Bani Quraizhah, namun dia mengkhianati amanat yang diberikan oleh rasulullah.

Dia berinisiatif memberi hukuman kepada dirinya sendiri, dengan cara mengikatkan tubuhnya pada tiang masjid dan hanya mau dilepas jika Allah sudah menerima taubatnya.

Khatimah

Pemahaman atas beragamnya tindakan yang diambil oleh rasulullah dalam menghadapi fenomena dis-order dari para shahabat itu penting. Jika para shahabat saja bisa mengalami fenomena dis-order, apalagi kita yang kapasitasnya tidak seberapa. 

Disini, seorang qiyadah memiliki banyak pilihan. Keputusan harus diambil berdasarkan pertimbangan yang sangat matang, mulai dari jenis kesalahan, komitmen, kontribusi hingga efek sosial yang mungkin terjadi.

Pemberian hukuman di dalam islam umumnya lebih banyak bernuansa untuk mendidik jiwa. Demikian pula seharusnya penanganan terhadap fenomena dis-order.

Tidak ada komentar