Header Ads

ad

LIMA JUZ SETIAP HARI INSYALLAH CEPAT HAFAL ALQURAN

Kebahagiaan seorang penghafal Alquran tidak hanya ditentukan  pada saat ia menuntaskan setoran hafalan Alquran 30 juz, namun lebih ditentukan sebarapa kuat interaksi seorang penghafal dengan Alquran dalam hidupnya. Ahmad Taofik, lelaki kelahiran kuningan 46 tahun yang lalu, meyakini bahwa “kesukesan penghafal Alquran bukan pada khatamnya, melainkan pada sehatnya hati dengan Alquran, hingga dapat merasakan manisnya Alquran. Apabila Alquran sudah terasa manis, sudah tentu akan dikhatamkan”.

Berikut kami sajikan kisah lelaki hafidz 30 juz alumni Fakultas Syariah LIPIA Jakarta bersama Alquran.

Keinginan Taofik  menghafal Alquran tumbuh saat dirinya menimba ilmu di LIPIA Jakarta, selepas menyelesaikan pendidikan di Pondok Pesantren Darus Salam Gontor Ponorogo, Taofik memutuskan untuk mendalami ilmu syari’ah di LIPIA Jakarta.

Di sana dirinya bertemu  dengan beberapa orang yang hafal Alquran, diataranya  Syaikh Qori dari Pakistan, “Saat itu saya berangan-angan ingin hafal Alquran seperti beliau, terlebih ketika  bulan Ramadhan saya ikut shalat tarawih di kampus dengan imam yang hafal Alquran, saya sangat menikmati dan termotivasi untuk menghafal Alquran.” tuturnya mengawali kisahnya.

“Saya ingin lebih dekat dengan Allah SWT melalui tilawah firman-firman-Nya. Saya ingin menjadi Ahlullah fil ardh (keluarga Allah di muka bumi).” lanjutnya. Iapun mulai menghafal Alquran, namun karena tidak mengikuti program tahfidz secara khusus  perkembangan hafalannya kurang signifikan. Sampai akhirnyatahun 2011 Allah mentakdirkan dirinya bisa bergabung dalam  program Mukhoyyam Alquran Markaz Alquran Jakarta.

Enam bulan sekali semua peserta berkumpul dan menyetorkan hafalan baru minimal empat juz, “Alhamdulillah sejak itu program menghafal saya semakin lancar.” kenangnya. Tiga tahun kemudian ia bisa menuntaskan 30 juz Alquran.

Taofik bukan sosok yang tanpa kesibukan, bahkan untuk ukuran orang kebanyakan orang, dirinya tergolong sangat sibuk. Profesinya sebagai  guru menuntutnya meluangkan banyak waktu untuk mendidik dan membina santri. Guru di Ponpes Khusnul Khotimah ini sehari-hari juga aktif menjadi ketua Bidang Kaderisasi salah satu partai politik Islam Kabupaten Kuningan. 

Sejak 2009 dirinya juga mendapat amanah menjadi ketua MUI di kelurahannya. Lelaki yang tinggal di kelurahan AwiraranganKuningan Jawa Barat ini juga menjadi ketua Yayasan Cokroaminoto Kuningan. Namun semua kesibukan ini tidak menjadi alasan baginya untuk meninggalkan kegiatan menghafal Alquran.

Salah satu trik utamanya dalam menghafal adalah istiqomah membaca lima juz setiap hari. Hampir setiap hari Taofik bangun pukul 02.00 WIB untuk sholat malam dan menghafal Alquran sampai Subuh, subhanallah……………

Putra pensiunan Depag ini memang lahir dari keluarga pecinta Alquran, H. Fahrudin ayahnya punya amalan istimewa, menghatamkan Alquran tiga hari sekali sejak dulu hingga sekarang. 

“Untuk menjaga semangat , saya mengajak beberapa teman membentuk komunitas pencinta Alquran, diantara kegiatannya  saling mengingatkan untuk selalu berinteraksi dengan Alquran, pertemuan rutin, saling menyetor dan menyimak, qiyam lail bersama dengan imam bergantian, dan membuat perpustakaan Qurani.” paparnya.

Dalam menghafal Taofik bukan tanpa kendala, namun dengan ijin Allah kendala tersebut bisa diatasi. Kalau suatu hari ia gagal memenuhi target tilawah atau menghafal, maka ia menggantinya  pada hari libur dan bangun malam lebih awal.

“Ketika semangat melemah saya memutar ulang rekaman taujihat-taujihat Ustadz Abul Aziz  dan  membaca buku-buku beliau” jelasnya.  Taofik sadar betuk bahwa menghafal Alquran tidak mudah kecuali atas pertolongan Allah, maka do’a-do’apun selalu dipanjatkannya kepada Allah di waktu-waktu mustajab dan tempat-tempat mustajab (Mekah dan Madinah).

“Saya berusaha selalu dalam keadaan suci dari hadats” uangkapnya. Taofik mengajak dirinya kepada kepada saudara-saudaraku para penghafal Alquran untuk senantiasa bertaqwa kepada Allah dengan sebenarnya.

“Mari kita jadikan menghafal Alquran sebagai program sepanjang hidup, interaksi dengan Alquran sebagai sesuatu yang paling penting, sebagai agenda utama kita” uangkapnya menutup wawancara dengan Darul Fikri.

Semoga Allah menjadikan kita semua Ahli Alquran yang istiqomah. Aamiin.

Tidak ada komentar