Header Ads

ad

Buat Para Pencari Nafkah Keluarga

"Mungkin kau tak tahu dimana rizqimu. Tapi rizqimu tahu dimana engkau. Dari langit, laut, gunung, & lembah, Rabb memerintahkannya menujumu.

✏Allah berjanji menjamin rizqimu. Maka melalaikan ketaatan padaNya demi mengkhawatirkan apa yang sudah dijaminNya adalah kekeliruan berganda.

✏Tugas kita bukan mengkhawatirkan rizqi atau bermuluk cita memiliki, melainkan menyiapkan jawaban "Dari Mana" & "Untuk Apa" atas tiap karuniaNya.

✏Betapa banyak orang bercita menggenggam dunia, dia alpa bahwa hakikat rizqi bukanlah yang tertulis dalam angka, tapi apa yang
dinikmatinya.

✏Betapa banyak orang bekerja membanting tulangnya, memeras keringatnya, demi angka simpanan gaji yang mungkin esok pagi ditinggalkannya (mati).

✏Maka amat keliru jika bekerja dimaknai mentawakkalkan rizqi pada perbuatan kita.

✏Bekerja itu bagian dari ibadah. Sedang rizqi itu urusanNya. Kita bekerja untuk bersyukur, menegakkan
taat & berbagi manfaat. Tapi rizqi tak selalu terletak di pekerjaan kita, Allah taruh sekehendakNya.

✏Bukankah Hajar berlari 7x bolak-balik dari Shafa ke Marwa, tapi Zam-zam justru terbit di kaki Ismail, bayinya!!

✏Ikhtiar itu laku perbuatan. Rizqi itu kejutan. Ia kejutan untuk disyukuri hamba bertaqwa, datang dari arah tak terduga. Tugas kita cuma menempuh jalan halal, Allah lah yang melimpahkan bekal.

✏Sekali lagi, yang terpenting di tiap kali kita meminta & Allah memberi karunia, jaga sikap saat menjemputnya & jawab soalanNya, "Buat apa?" Betapa banyak yang merasa memiliki manisnya dunia, lupa bahwa semua hanya "hak pakai" yang halalnya akan dihisab & haramnya akan di'adzab.

✏Dengan itu kita mohon "Ihdinash Shirathal Mustaqim", petunjuk ke jalan orang yang diberi nikmat ikhlas di dunia & nikmat ridhaNya di akhirat. Bukan jalannya orang yang terkutuk apalagi jalan orang yang tersesat.

Maka segala puji hanya bagi Allah; hanya dengan nikmatNya-lah maka kesempurnaan menjadi paripurna".

Tidak ada komentar