Pendidikan Karakter ala Ki Hajar Dewantara
Tiga butir penting Pengajaran Rakyat menurut Ki Hadjar Dewantara :
Pendidikan Budi Pekerti atau Karakter, yaitu bulatnya jiwa manusia, bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan yang akan menumbuhkan enerji jiwa manusia sebagai makhluk individu dan sosial dan dapat memerintah atau menguasai dirinya sendiri , mulai dari gagasan, pikiran, atau angan-angan hingga menjadi tindakan. Ki Hadjar menyebutnya sebagai manusia yang beradab dan itulah tujuan Pendidikan Indonesia secara garis besar [Dewantara I^f].
Anak-anak adalah harta karun paling berharga bagi masa depan sebuah bangsa, pendidikan yang tidak konstruktif akan menghasilkan output sosial negatif [Chen and Kaplan 2001]. Namun demikian, kemiskinan orang tua juga akan mempengaruhi keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak mereka [Katz et.al., 2007].
Ki Sarmidi Mangunsarkoro
Guru Tak Berkarakter ratjun Masjarakat : Sumbangan dari Kementerian Penerangan RI oentoek guru Nasional yang Membentuk Djiwa Nasional (ditulis bersama dg Asaat gelar Datuk Mudo, Kementerian Penerangan RI, kata Pengantar 1950)
Saya masih ingat ketika SMP saat upacara bendera, lalu bendera sedang posisi dikibarkan di jalan depan sekolah ada siswa PKS yang memberhentikan para pengguna jalan untuk sekedar memberikan hormat. Hal ini tentu saja tidak berlaku pada sekolah yg berada di jalan2 utama/vital/padat. Upacara bendera dilaksanakan setiap minggu. Siswa dilatih untuk berdisipin, menyanyikan lagu-lagu nasional, tampil sebagai petugas secara bergiliran. Para guru yang menjadi pembina upacara dilatih untuk berbicara di depan semua siswa, guru dan staf tata usaha yang hadir (tidak semua guru mau/berani tampil sebagai pembina upacara).
Tapi saat ini, upacara bendera dilaksanakan dua minggu sekali atau bahkan lebih. Terlepas dari yang kontra terhadap upacara (terutama penghormatan terhadap bendera), semangat untuk mendisiplinkan warga sekolah, menanamkan jiwa nasionalisme dan pendidikan karakter itu yang bisa kita ambil.
Saat berdemonstrasi menentang kebijakan pemerintah, para demonstran dengan entengnya menginjak, membakar atau apapun foto/gambar presiden/wakil presiden. Orang boleh tidak setuju dgn SBY, tapi kapasitas selaku kepala negara menjadi simbol/lambang negara. Itu artinya sama saja dengan menginjak-injak/membakar lambang/simbol negara sendiri. Pertanyaannya…kemana karakter yang dulu terbentuk untuk menghormati simbol/lambang negara. Apa yang salah dalam pendidikan kita setelah era orde baru..????
Memang masih banyak cara lain yang bisa dilakukan seperti memutarkan lagu-lagu nasional pada saat istirahat, mengadakan lomba menyanyikan lagu-lagu nasional, cerdas cermat,dll. Upacara bendera hanyalah salah satu cara dalam membentuk kembali karakter anak didik/pendidik/tenaga kependidikan.
diambil dari : kusdiyono.wordpress
- Pengajaran rakyat harus bersemangat keluhuran budi manusia, oleh karena itu harus mementingkan segala nilai kebatinan dan menghidupkan semangat idealisme.
- Pengajaran rakyat harus mendidik ke arah kecerdasan budi pekerti , jaitu masaknya jiwa seutuhnya atau character building.
- Pengajaran rakyat harus mendidik ke arah kekeluargaan , yaitu merasa bersama-sama hidup, bersama-sama susah dan senang, bersama-sama tangung jawab mulai dari lingkungan yang paling kecil, yaitu keluarga. Jangan sampai di sistem sekolah umum sekolah menjauhkan anak dari alam keluarganya dan alam rakyatnya.
Pendidikan Budi Pekerti atau Karakter, yaitu bulatnya jiwa manusia, bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan yang akan menumbuhkan enerji jiwa manusia sebagai makhluk individu dan sosial dan dapat memerintah atau menguasai dirinya sendiri , mulai dari gagasan, pikiran, atau angan-angan hingga menjadi tindakan. Ki Hadjar menyebutnya sebagai manusia yang beradab dan itulah tujuan Pendidikan Indonesia secara garis besar [Dewantara I^f].
Anak-anak adalah harta karun paling berharga bagi masa depan sebuah bangsa, pendidikan yang tidak konstruktif akan menghasilkan output sosial negatif [Chen and Kaplan 2001]. Namun demikian, kemiskinan orang tua juga akan mempengaruhi keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak mereka [Katz et.al., 2007].
Ki Sarmidi Mangunsarkoro
Guru Tak Berkarakter ratjun Masjarakat : Sumbangan dari Kementerian Penerangan RI oentoek guru Nasional yang Membentuk Djiwa Nasional (ditulis bersama dg Asaat gelar Datuk Mudo, Kementerian Penerangan RI, kata Pengantar 1950)
Saya masih ingat ketika SMP saat upacara bendera, lalu bendera sedang posisi dikibarkan di jalan depan sekolah ada siswa PKS yang memberhentikan para pengguna jalan untuk sekedar memberikan hormat. Hal ini tentu saja tidak berlaku pada sekolah yg berada di jalan2 utama/vital/padat. Upacara bendera dilaksanakan setiap minggu. Siswa dilatih untuk berdisipin, menyanyikan lagu-lagu nasional, tampil sebagai petugas secara bergiliran. Para guru yang menjadi pembina upacara dilatih untuk berbicara di depan semua siswa, guru dan staf tata usaha yang hadir (tidak semua guru mau/berani tampil sebagai pembina upacara).
Tapi saat ini, upacara bendera dilaksanakan dua minggu sekali atau bahkan lebih. Terlepas dari yang kontra terhadap upacara (terutama penghormatan terhadap bendera), semangat untuk mendisiplinkan warga sekolah, menanamkan jiwa nasionalisme dan pendidikan karakter itu yang bisa kita ambil.
Saat berdemonstrasi menentang kebijakan pemerintah, para demonstran dengan entengnya menginjak, membakar atau apapun foto/gambar presiden/wakil presiden. Orang boleh tidak setuju dgn SBY, tapi kapasitas selaku kepala negara menjadi simbol/lambang negara. Itu artinya sama saja dengan menginjak-injak/membakar lambang/simbol negara sendiri. Pertanyaannya…kemana karakter yang dulu terbentuk untuk menghormati simbol/lambang negara. Apa yang salah dalam pendidikan kita setelah era orde baru..????
Memang masih banyak cara lain yang bisa dilakukan seperti memutarkan lagu-lagu nasional pada saat istirahat, mengadakan lomba menyanyikan lagu-lagu nasional, cerdas cermat,dll. Upacara bendera hanyalah salah satu cara dalam membentuk kembali karakter anak didik/pendidik/tenaga kependidikan.
diambil dari : kusdiyono.wordpress
Post a Comment