SUMSEL.PKS.ID – Menjadi seorang ibu bukan perkara mudah. Sosok ibu tidak sebatas identitas tanpa pertanggungjawaban. Kedudukan ibu begitu mulia. Namun tidak serta merta semua perempuan sukses menjadi ibu. Di hari ibu, sejenak menjabar tentang keistimewaan ibu. Bukan hanya bagi keluarganya, lebih jauh, ibu punya saham atas keberlangsungan sebuah peradaban. Lalu bagaimana menyiapkan ibu terbaik bagi generasi bangsa?
***
Adalah anugerah yang tak ternilai saat seorang perempuan diberi kesempatan oleh Sang Pencipta bisa menjadi ibu. Baik dalam konteks ibu ideologis terlebih ibu biologis. Ada dua peran asasi seorang ibu yang itu sulit digantikan oleh orang lain yakni melahirkan dan mendidik anak. Begitu penting peran asasi ini hingga dalam Islam diungkapkan dengan jelas. “… ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).” (QS Al Ahqof : 15) “Tidaklah anak yang dilahirkan itu melainkan lahir dengan membawa fitrah. Maka orangtuanyalah yang akan menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR Abu Hurairah).
Dua dalil yang mewakili konsep peran asasi ibu dalam Islam. Dan untuk bisa sukses menjalankan kedua peran asasi tersebut, seorang perempuan harus mempersiapkan dirinya jauh sebelum menjadi ibu. Memahami tugas dan tangggungjawabnya sebagai ibu. Selain itu juga penting menanamkan kebangaan atas identitasnya. Mungkin akan banyak yang berubah saat seseorang berubah status sebagai ibu. Waktu yang lebih banyak tersita untuk merawat anak-anak. Karier yang mungkin sedikit terhambat dan lain sebagainya. Semua kerepotan sebagai ibu akan dinikmati dengan baik bilamana seorang perempuan memaknai betul kemuliaan tugas ibu.
Bukan jadi rahasia lagi jika pergaulan remaja saat ini begitu menghawatirkan. Kriminalitas, pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba, degradasi moral, dan sebagainya. Dan kondisi demikian sungguh mengancam masa depan bangsa. Bila tidak ada gerakan bersama untuk menyelamatkan generasi muda, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi bangsa yang tertinggal dalam segala aspek kehidupan. Tentu kita tidak menginginkan hal tersebut.
Menyiapkan sosok ibu terbaik bukan tugas individual tapi harus massif. Keluarga, lingkungan bahkan Negara harus turut berperan aktif dalam upaya menciptakan kondisi yang mendukung dan mengapresiasi pelaksanaan peran asasi ibu dengan maksimal. Kesamaan pemahaman terhadap tanggungjawab pembinaan anak akan lebih memudahkan terwujudnya peran asasi ibu. Bentuk dukungan ada banyak sekali contohnya dalam keluarga, misalnya dengan pembagian tugas rumah tangga, memberi kesempatan ibu untuk tetap mengaktualisasikan diri, menyediakan fasilitas ibu untuk terus belajar banyak tentang pendidikan anak.
Keterlibatan Negara dalam upaya mempersiapan ibu terbaik yang punya kompetensi dapat melalui kebijakan maupuan program nasional. Kebijakan pemerintah yang memiliki keberpihakan atas optimalisasi peran ibu menjadi sangat penting ketika disadari bahwa ibu punya saham atas keberlangsungan generasi bangsa. Bukankah pemuda adalah masa depan bangsa? Sementara pemuda dibentuk karakter kepribadian utama dan pertamanya oleh ibu. Anak yang sedari kecil dalam lingkungan keluarga telah memiliki karakter baik serta standar nilai sesuai ajaran agama maka memiliki kematangan sikap dan tidak mudah terpengaruh lingkungan buruk.
Standar keberhasilan peran asasi seorang ibu adalah karakter anaknya. Dalam Islam, orang tua (Ibu dan ayah) tidak dituntut untuk menjadikan anaknya pandai dalam segala hal. Tetapi akan dimintai pertanggungjawaban atas keimanan anaknya. “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..” (QS At Tahrim: 6) Bahasa Al-Qur’an adalah bahasa penjagaan anak dari api neraka yang artinya orang tua harus menjadikannya anak yang sholeh. Baik agamanya, baik perilakunya, baik kehidupannya yang kesemuanya terangkum dalam pendidikan. Logikanya adalah jika orang yang menjaga dirinya dari api neraka maka ia akan menjalani hidupnya dengan baik berdasarkan tuntunan agama. Pada tahap inilah peran pendidikan dari ibu dibutuhkan.
Menyiapkan ibu terbaik adalah salah satu hak anak yang wajib dipenuhi. “Hak pertama seorang anak yang meski dipenuhi oleh orang tuanya adalah memilihkan calon ibu (yang akan melahirkannya). Sebelum mempertimbangkan faktor kemampuannya dalam melahirkan anak, terlebih dahulu harus diutamakan faktor kemuliaan dan kebaikan agama, kesucian diri dan pemahaman terhadap segala urusan.”
Ada kisah luar biasa dari kesungguhan ibu Imam Syafi’i dalam mendidik anaknya. Ia begitu menjaga dirinya dan anknya dari semua hal dan barang yang tidak jelas kehalalnya. Meski harus berjuang sendiri mencukupi kebutuhan hidup, ibunda Imam Syafi’i tidak melalaikan pendidikan agama terbaik bagi anknya. Dan buah dari pendidikan tersebut telah menjadi sumbangsih besar pada khasanah keilmuan Islam. Imam Syafi’i menjadi satu diantara banyak ilmuan muslim yang mewariskan ilmu bermanfaat bagi ummat. Dan tentu begitu banyak kisah ibu-ibu luar biasa, yang dengan kesadaran penuh akan tanggungjawabnya mendidik anak, menyiapkan genarasi terbaik.
Bila peran asasi seorang ibu gagal, maka akan menjadi salah satu penyebab kegagalan mempersiapkan generasi masa depan. Artinya bagaimanapun harus berhasil mempersiapkan sosok ibu yang siap dengan peran asasinya. Peran asasi juga akan menentukan keberhasilan peran perluasan ibu dalam masyarakat. Ibu dengan semua potensi keterampilan, ilmu dan pengalamnnya dapat memberikan kontribusi terbaik bagi lingkungan. Ini hanya bisa terlaksana jika peran asasi sudah berjalan.
Maka tidak berlebihan bila harus ada upaya sungguh-sungguh untuk menyiapkan sosok ibu terbaik agar nantinya lahir generasi terbaik bagi peradaban bangsa. Selamat hari ibu, jadilah bagian dari menyiapkan, mendukung dan mengapresiasi sosok ibu terbaik!
***
Ditulis oleh Umi Laila Sari (Penulis adalah ibu dua putra, aktivis Yayasan Keluarga Bahagia Sejahtera)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar